Hai sahabat.....
kalian ingat tidak masa-masa sulit yang sering kalian lewati...dari hal yang paling menyenangkan sampai ke hal yang paling menyakitkan...semua pasti terekam dalam memori kalian...dari mulai anak-anak sampai orang dewasa pasti selalu punya masalah. Masalah Ekonomi maaupun masalah sosial, tapi semua itu pasti memiliki hikmah tersendiri...Ekonomi, mungkin menjadi salah satu problem yang paling disoroti di Indonesia ini,...Nah... bagaimana kalau kali ini saya aka membahas tentang masalah itu....
kehidupan manusia yang tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan Ekonomi menjadikan seseorang harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhannya, sama halnya sebagian masyarakat Kabupaten Magetan, demi untuk memenuhi kebutuhannya mereka harus rela bagun dini hari untuk berjualan....seperti yang dilakukan oleh para anggota Ethek Lawu di Magetan....
Indonesia adalah
negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, dan memiliki wilayah yang
strategis sehingga tanaman mudah tumbuh dengan subur. Kekayaan alam Indonesia
yang begitu melimpah menjadikan masyarakatnya lepas dari kemiskinan dan
pengangguran karena sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya
di sektor pertanian.
Kebutuhan
manusia yang semakin tinggi, tidak sebanding dengan hasil alam yang semakin
sedikit, sehingga kemiskinan menjadi problem terbesar dan sangat sulit untuk
dipecahkan. Berbagai cara telah di lakukan pemerintah untuk mengurangi angka
kemiskinan yang terdapat di daerah-daerah maupun di kota-kota besar. Program
KB, UKM, dan Migrasi adalah beberapa cara yang dilakukan pemerintah dalam
mengurangi angka kemiskinan. Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat tidak
sesuai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Sementara itu kebutuhan ekonomi
masyarakat semakin hari semakin bertambah, ini artinya masyarakat harus
berusaha keras untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Kesejahteraan
masyarakat dan kemakmuran masyarakat dapat dinilai baik apabila perekonomiannya
stabil. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup telah dianugrahkan Tuhan untuk
setiap individu. Masalah ekonomi selalu muncul dan dapat dirasakan oleh setiap
individu dalam kehidupannya, permasalahan ini biasanya muncul karena tidak
adanya kesesuaian antara kebutuhan hidup dan alat pemuas. Banyak cara dilakukan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, mulai dari usaha mandiri,
bertani, dan bekerja untuk perusahaan-perusahaan milik pemerintah maupun
perusahaan milik swasta.
Ethek Lawu adalah nama
paguyuban pedagang sayur keliling di Kabupaten Magetan. Paguyuban ini dibentuk
supaya masyarakat bisa saling bersosialisasi, dan saling memiliki ikatan. Paguyuban
disebut juga sebagai kelompok sosial, tipe paguyuban
adalah keluarga, kekerabatan, rukun tetangga, dan teman sepermainan.
Ethek sendiri diambil
dari geguyonan anggota Ethek Lawu, yang menurut ketua Ethek Lawu mereka memberi nama itu
disesuaikan dengan kondisi kendaraan mereka yang kurang bagus dan bersuara
bising. Motor yang digunakan adalah motor yang kondisinya kurang bagus dan
suara kenalpotnya bising sehingga disebut dengan Ethek. Sedangkan nama Lawu diambil dari nama pegunungan yang
menaungi Kabupaten Magetan yaitu Gunung Lawu.
Ethek Lawu ini dibentuk
atas usulan dari pak Yusuf, beliau adalah ketua Ethek Lawu se-Kabupaten Magetan, beliau membentuk paguyuban ini
dengan alasan supaya semua pedagang sayur keliling memiiliki ikatan sehingga
mereka dapat saling tolong-menolong jika ada kecelakaan di jalan raya.
Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin bertambah, menjadi alat penyemangat
para pelaku usaha Ethek Lawu ini.
Dilihat dari segi kebutuhan masyarakat, keberadaan Ethek lawu ini sangat berguna dan sangat di nantikan oleh
masyarakat. Konsumen tidak perlu lagi berjalan jauh untuk mancari sayuran untuk
dikonsumsi.
Ethek Lawu diatur dari
masing-masing wilayah, ini dilakukan supaya lebih mudah dalam mengkoordinir
para anggota lain. Dalam kurun waktu satu minggu para pedagang selalu
menyisihkan waktu untuk mengadakan arisan dan berdiskusi mencari solusi bersama
atas permasalahan-permasalahan yang mereka temui saat berdagang serta untuk
menambah ikatan persaudaraan antar anggota.
Ethek Lawu di desa Bedagung
sudah ada sejak tahun 2005 diawali oleh pak Bakri, pak Saeno, pak Beno dan pak
Lasno. Pasang surut dalam berdagang juga mereka alami, hingga beberapa bulan
kemudian kesuksesan diraih oleh berempat. Melihat kesuksesan itu sebagian
masyarakat Desa Bedagung mulai melirik dan ingin belajar menjadi pedagang sayur
keliling, mencari lokasi berdagang, membuat rombong dan menentukan harga sayur.
Dalam dua tahun pedagang sayur keliling di desa Bedagung berkisar 50 orang, dan
perkembangan pedagang sayur sek-Kabupaten Magetan juga semakin meningkat
sehingga pada tahun 2007 di bentuk dan diresmikan Ethek Lawu menjadi paguyuban di Kabupaten Magetan.
Menurut
pak Yusuf selaku ketua Ethek Lawu
Kabupaten Magetan, tidak ada dana bantuan dari pemerintah untuk paguyuban Ethek Lawu tersebut. Berbeda dengan
pernyataan pemerintah Desa Bedagung yang menyatakan bahwa salah satu kelompok
di Desa Bedagung mendapatkan bantuan dan dari pemerintah sebesar Rp 25.000.000;
pada tahun 2014. Ini berarti paguyuban Ethek
Lawu di masing-masing wilayah Kabupaten Magetan berdiri sendiri di bawah
naungan paguyuban Ethek Lawu
se-Kabupaten Magetan. Ini berarti ikatan yang mereka jalin hanya saat berada di
pasar sayur Magetan saja dan ketika mereka kembali ke wilayah masing-masing
maka ikatan di wilayah merekalah yang diperkuat.
Berdagang
adalah cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Punjual dan pembeli
bisa saling menguntungkan. Penjual memperoleh keuntungan materil dari
dagangannya sedangkan pembeli mendapatkan keuntungan yaitu memperoleh kepuasan.
Kegiatan berdagang sudah ada sejak jaman dahulu bahkan mungkin sejak jaman
Rosulullah berdagang menjadi salah satu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dalam berdagang selalu identik dengan peran perempuan sebagai
penjual maupun pemebeli. Jika melihat ke pasar-pasar tradisional pasti yang
kita temukan adalah para perempuan, mereka berargumen menawarkan produk
dagangannya dan pembeli juga seorang perempuan yang menawar barang
keperluannya.
Seiring
berjalannya waktu pedagang yang di dominasi oleh perempuan ini mulai tergeser
dan digantikan oleh pedagang laki-laki, hal ini diakibatkan dari kebutuhan
konsumen yang menginginkan semua serba mudah dan cepat. Seperti yang terjadi
saat ini pedagang sayur tergantikan oleh pedagang laki-laki sebab pedagang
laki-laki mampu menjual barang dagangannya ke berbagai wilayah maupun
pelosok-pelosok daerah. Sedangkan pedagang perempuan hanya berdagang di satu
tempat saja yaitu pasar.
Ethek Lawu hadir sebagai
solusi yang baik guna memenuhi kebutuhan konsumen yang menginginkan semuanya
serba cepat dan instan. Konsumen tidak perlu lagi pergi ke pasar untuk membeli
sayuran atau bahan lauk lainnya untuk keperluan memasak karena para pedaganglah
yang akan mendatangi konsumen kesetiap pekarangan rumah konsumen. Ini
memudahkan konsumen dalam menghemat biaya transportasi dan menghemat waktu.
Ethek Lawu diresmikan pada
tahun 2007 dengan jumlah anggota sekitar 1000 orang yang terdaftar. Mereka
berasal dari Kabupaten Magetan, melihat dan menimbang banyak sekali kecelakaan
lalu lintas maka pembentukan paguyuban ini juga sebagai wahana informasi jika
ada anggota Ethek Lawu yang
kecelakaan. Seiring berjalannya waktu pada tahun 2015 ini jumlah anggota Ethek Lawu bertambah menjadi 1600 orang,
menurut penjelasan pak Yusuf setiap tahunnya pasti ada yang bergabung menjadi
anggota Ethek Lawu 30% dari lulusan
SMA.
Keberadaan
pedagang sayur keliling ini telah membawa dampak buruk bagi pasar-pasar
tradisional, sebab konsumen tidak lagi mau belanja ke pasar tradisional. Pasar
merupakan proses terjadinya transaksi jual-beli antara penjual dan pembeli.
Melaui interaksi penjual dan pembeli akan terbentuk harga di pasar, namun kini
pasar berubah menjadi sepi semua beralih ke pedagang sayur keliling yang lebih
praktis dan kondisi sayurannya juga masih segar.
Keberadaan
Ethek Lawu di Desa Bedagung membuka
peluang usaha baru bagi masyarakat sekitar terbukti dengan munculnya industri
tempe dan industri jajanan pasar, dengan demikian Ethek Lawu membawa keuntungan bagi para pelaku usaha lain. Rombong (gerobak) yang dipakai pedagang
sayur keliling ini, di disain secara khusus agar dapat menampung bahan makanan
untuk para konsumen.
Ketelatenan
dan keuletan menjadi kunci utama kesuksesan para pedagang sayur keliling, untuk
mendapatkan hasil mereka harus sabar dan menjalani semuanya dengan semangat
yang tinggi. Jika hal itu dilupakan maka bukan keuntungan yang didapat tetapi
kerugian bahkan berhenti berdagang, itulah ulasan yang disampaikan oleh ketua Ethek Lawu Kabupaten Magetan yaitu Pak
Yusuf.
Para
pedagang sayur keliling menjelaskan bahwa setiap kegiatan berdagang pasti ada
keuntungan dan kerugiannya, sehingga mereka harus pandai menyiasati kerugian
tersebut. Berdasarkan penjelasan beberapa informan, kerugian diakibatkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah kegiatan pernikahan yang dilaksankan salah satu
warga tempat dimana mereka berjualan, adanya kematian dari salah satu warga,
menepati hari-hari besar keagamaan, dan adanya pedagang baru sehingga memunculkan
persaingan.
Kegiatan
pedagang sayur keliling di mulai pada pukul 01:30 WIB untuk kloter pertama,
untuk kloter kedua pukul 2.00 WIB dan kloter ke 3.00 WIB, setelah sampai di
pasar sayur Magetan mereka mulai mencari barang pesanan masyarakat dan menata barang
belanjaan. Ada yang unik dalam hal ini, para pedagang sayur keliling hanya
menata barang belanjaannya di gerobak masing-masing sebab para pemilik sayur
yang berbondong-bondong menaruh sayuran ataupun barang lainnya di gerobak Ethek Lawu. Setelah selesai menaruh
sayurannya mereka berkeliling kembali untuk meminta uang sayurannya. Setelah
selesai menata dagangannya mereka mulai berangkat ke wilayah-wilayah yang sudah
menjadi langganannya untuk berjualan. Lama berjualan sekitar 6-8 jam, sampai
barang yang mereka bawa habis.
Setiap
tahunnya pasti ada anggota baru yang bergabung menjadi bagian dari keluarga Ethek Lawu, untuk para pemula biasanya
kurang berani untuk mengeluarkan modal terlalu banyak. Modal awal
Rp300.000;-Rp400.000; untuk pemula dengan keuntungan bersih Rp40.000; ini
berarti dalam satu bulan penghasilannya mencapai Rp120.000;. Jika ini terus
berlanjut dan menambah modal sampai dengan Rp1.000.000; dengan keuntungan
Rp150.000;-Rp200.000 maka keuntungan mencapai Rp4.500.000;-Rp6.000.000;. Keuntungan
tersebut akan dibagi menjadi kebutuhan sehari-hari dan digunakan untuk membayar
cicilan motor maupun cicilan Bank.
Ethek Lawu membawa dampak positif
bagi masyarakat Desa Bedagung. Kehadiran Ethek
Lawu dapat mengangkat perekonomian diri sendiri maupun orang lain, hal ini
dapat dilihat dari munculnya industri rumahan seperti industri tempe dan
jajanan pasar. Selain itu masyarakat desa Bedagung dapat menjual hasil panen
sayurannya pada pedagang Ethek Lawu.
Para kosumen juga sangat senang dengan keberadaan Ethek Lawu ini, selain kualitas sayurnya yang masih segar juga
sangat praktis dan mereka tidak perlu lagi pergi ke pasar hanya sekedar untuk
membeli sayur. Disisi lain, kehadiran Ethek
Lawu ini membawa dampak buruk bagi pedagang sayur di pasar tradisional. Mereka
merasa mata pencahariannya diambil oleh para pedagang Ethek Lawu, sebab konsumen lebih memilih berbelanja ke pedagang Ethek di bandingkan belanja ke pasar.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar